Daarul Qur'an Surakarta

Author name: admin

PENGASUH DQS KH. MUSTAIN NASOHA: MUTHAWWIF SEBAIKNYA MENGUASAI EMPAT MAZHAB FIQIH HAJI DAN UMRAH

Surakarta, 9 Juli 2025 — Dalam upaya meningkatkan kualitas dan profesionalisme pelayanan ibadah Haji dan Umrah, PT Firdaus Mulia Abadi (FMA) menyelenggarakan Sertifikasi dan Pelatihan Muthawwif dan Tour Leader selama dua hari, Selasa dan Rabu, 8–9 Juli 2025, bertempat di Kusuma Sahid Prince Hotel, Kota Surakarta. Acara ini diikuti Muthawwif dan Tour Leader FMA seluruh Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi keagamaan dan hard skill para calon muthawwif dan tour leader yang akan membimbing jamaah di Tanah Suci. Salah satu materi unggulan dalam pelatihan ini adalah Pembekalan Keagamaan oleh KH. Mustain Nasoha, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an Surakarta. Dalam pemaparannya, KH. Mustain Nasoha menegaskan bahwa seorang muthawwif idealnya menguasai fiqih Haji dan Umrah dari keempat mazhab utama (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali) agar mampu memberikan bimbingan yang solutif dan tepat sasaran bagi jamaah dari berbagai latar belakang. “Alhamdulillah, selain Fiqih dasar Haji dan Umroh, telah saya sampaikan 67 persoalan fiqih terkini seputar Haji dan Umrah, yang ditinjau dari sudut pandang empat mazhab dan dilengkapi dengan khilafiyah para ulama dalam setiap mazhab,” ujar KH. Mustain Nasoha di hadapan para peserta. Beberapa topik yang dibahas secara mendalam oleh Kyai antara lain: Hukum menyembelih damdi luar Tanah Haram (seperti di Indonesia) Hukum tawaf bagi perempuan yang sedang haidh Nafar Awal mulaipukul 00 malam 12 Dzulhijjah Shalat berjamaah di Masjidil Haram dari hotel( online ) Shalat berjamaah dengan posisi imam di belakang makmum Wukuf di Arafah yang tidak mengikuti tanggal resmi pemerintah Arab Saudi Dan lain sebagainya. Menurut KH. Ahmad Muhammad Mustain Nasoha, yang saat ini juga dipercaya sebagai Direktur Pusat Studi Konstitusi dan Hukum Islam Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta, terdapat tiga alasan mendasar yang menjadikan penguasaan fiqih empat mazhab sebagai kebutuhan esensial bagi setiap muthawwif dalam membimbing ibadah Haji dan Umrah. 1. Menghadapi Keragaman Latar Belakang Jamaah Setiap jamaah Haji dan Umrah datang dari berbagai negara dan daerah dengan tradisi keagamaan yang beragam. Sebagian mengikuti mazhab Syafi’i, lainnya mungkin berasal dari tradisi Hanafi, Maliki, atau Hanbali. Dengan menguasai fiqih empat mazhab, seorang muthawwif dapat memberikan bimbingan yang sesuai dengan keyakinan fiqih jamaah, tanpa memaksakan satu pendapat dan tetap menjaga kenyamanan serta kekhusyukan ibadah mereka. Sebagaimana nasehat Sayyidina Umar bin Khattab “تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا” (Belajarlah fiqih sebelum kalian memimpin) Menjadi Solutif dalam Situasi Darurat dan Masalah Fiqih Lapangan Di Tanah Suci seringkali muncul kondisi darurat yang tidak ditemukan di buku panduan umum, seperti: haid saat akan tawaf, sakit saat wukuf, keterlambatan saat nafar awal, dsb. Dalam kondisi seperti itu, pemahaman terhadap pendapat-pendapat mazhab yang berbeda dapat menjadi solusi syar’i yang sah. Muthawwif yang hanya memahami satu mazhab akan mudah buntu, sedangkan yang menguasai empat mazhab akan lebih fleksibel dan siap memberi alternatif yang kuat secara dalil. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “من ضاق عليه الأمر فليأخذ بقول الإمام مالك” (Jika engkau kesulitan dalam masalah, ambillah pendapat Imam Malik). Menumbuhkan Sikap Toleransi dan Hilangnya Fanatisme Mazhab Belajar empat mazhab melatih muthawwif untuk melihat bahwa perbedaan dalam fiqih adalah rahmat, bukan konflik. Ini membentuk karakter pemimpin rombongan yang bijak, inklusif, dan tidak mudah menyalahkan jamaah hanya karena berbeda praktik. Sikap seperti ini sangat penting dalam memelihara harmoni dan ukhuwah di tengah jamaah yang terdiri dari latar belakang keilmuan yang beragam. Imam al-Qarafi (Maliki) berkata: “الاختلاف في الفروع ليس من باب التفرقة، بل من باب التوسعة.” Artinya : Perbedaan dalam masalah cabang fiqih bukanlah bentuk perpecahan, melainkan ruang keluasan dari Allah. Pelatihan ini diapresiasi tinggi oleh Direktur Utama PT Firdaus Mulia Abadi, Bapak Haji Tri Winarto, S.Si, yang turut hadir membuka kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, beliau menyatakan: “Kami berkomitmen mencetak muthawwif yang tidak hanya paham teknis lapangan, tetapi juga memiliki kedalaman ilmu keagamaan yang representatif. Bekal pemahaman lintas mazhab adalah syarat mutlak agar bimbingan kepada jamaah tidak kaku dan penuh empati. Semoga pelatihan ini menjadi bagian dari ikhtiar kolektif kami dalam memuliakan tamu Allah.” Haji Tri Winarto juga berharap agar program ini menjadi model pelatihan nasional yang bisa diadopsi oleh biro perjalanan Haji dan Umrah lainnya di Indonesia. “Kami ingin menjadi pelopor pembinaan muthawwif berbasis ilmu dan adab. Ini bukan hanya soal pelayanan, tetapi juga dakwah dalam bentuk yang paling nyata,” tambahnya. Kegiatan ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai cabang FMA di seluruh Indonesia dan diakhiri dengan uji kompetensi serta penyerahan sertifikat resmi. Semoga kegiatan ini membawa keberkahan dan mendorong peningkatan kualitas pelayanan ibadah umat Islam di Tanah Suci. Amin.  

PENGASUH DQS KH. MUSTAIN NASOHA: MUTHAWWIF SEBAIKNYA MENGUASAI EMPAT MAZHAB FIQIH HAJI DAN UMRAH Read More »

6 KUNCI KESUKSESAN SANTRI BELAJAR

Dalam berbagai kesempatan, KH. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha menegaskan bahwa kesuksesan santri tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tetapi juga ditopang oleh adab, niat, dan visi hidup yang kuat. Berikut ini adalah 6 kunci kesuksesan santri yang sering beliau sampaikan, dilengkapi dengan rujukan dari para ulama agar menjadi pegangan kokoh dalam menuntut ilmu: Taat pada Kyai Taat kepada guru adalah pintu keberkahan ilmu. KH. Mustain Nasoha menekankan bahwa keberhasilan santri sangat tergantung pada seberapa besar penghormatannya kepada kyai. Imam Malik pernah berkata: “Aku melihat Imam Syafi’i dan langsung mencintainya karena akhlaknya terhadap gurunya, bukan hanya karena kecerdasannya.” (Adab al-Muta’allim, Imam al-Zarnuji) Imam al-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim menjelaskan bahwa keberhasilan seorang murid berasal dari taat dan hormat kepada guru, karena guru adalah perantara sampainya ilmu dari Allah kepada hamba. Niat Karena Allah Ilmu hanya bermanfaat bila diniatkan karena Allah. KH. Mustain selalu mengingatkan agar niat santri murni untuk mencari ridha-Nya. Imam al-Ghazali berkata di Kitab Ihya’ Ulum al-Din: “Ilmu yang tidak diniatkan karena Allah adalah petaka, bukan anugerah.” Dengan niat yang lurus, ilmu akan menjadi cahaya, penuntun amal, dan bekal menuju kehidupan akhirat. Ingin Menjadi Penerus Kyai Santri sejati tidak hanya ingin belajar untuk dirinya sendiri, tapi bercita-cita menjadi penerus perjuangan guru dan ulama dalam menjaga agama dan masyarakat. Imam Nawawi dalam Muqaddimah Syarh al-Muhadzdzab berkata: “Tujuan utama dari mencari ilmu adalah mengamalkannya dan mengajarkannya, bukan hanya untuk prestise atau kedudukan.” Mustain menyebut bahwa santri harus bercita-cita melanjutkan nilai dan semangat perjuangan para kyai, bukan sekadar mengambil posisi dan kedudukan. Sabar dalam Proses Ilmu tidak bisa diraih dengan instan. Kesabaran adalah sifat wajib bagi seorang penuntut ilmu. Imam Syafi’i berkata: “Kamu tak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara: kecerdasan, semangat, kesabaran, bekal biaya, bimbingan guru, dan waktu yang panjang.” (Diwan al-Imam al-Syafi’i) Mustain menegaskan bahwa santri yang sabar akan memperoleh kedalaman ilmu dan keluasan hikmah yang tidak didapat oleh mereka yang tergesa-gesa. Hidup Sederhana dan Zuhud Kesederhanaan menjadikan hati lapang dan bersih dari penyakit cinta dunia, sehingga lebih mudah menerima ilmu dan hidayah. Sufyan al-Tsauri berkata: “Ilmu tidak akan diberikan kepada orang yang mencintai dunia.” (Hilyah al-Awliya’, Abu Nu’aim al-Ashbahani) Mustain selalu mengajarkan kepada santri bahwa zuhud bukan berarti anti-harta, tapi menjadikan dunia di tangan, bukan di hati. Aktif Mengamalkan Ilmu Ilmu tanpa amal adalah bagaikan pohon tanpa buah. Santri harus menjadikan ilmu sebagai alat memperbaiki diri dan masyarakat. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Orang yang tidak mengamalkan ilmunya, maka ilmunya akan hilang dan tidak akan tumbuh.” (Adab al-‘Alim wa al-Muta‘allim, Ibn Jama‘ah) Mustain sering menyampaikan bahwa ilmu yang diamalkan akan membuka pintu keberkahan, sementara ilmu yang disimpan akan padam. Enam kunci ini bukan sekadar teori, tetapi jalan hidup santri sejati. KH. Mustain Nasoha mewariskan nilai-nilai luhur pesantren yang bertumpu pada adab, keikhlasan, dan cita-cita mulia. Dengan bekal ini, santri akan mampu menghadapi zaman, menerangi masyarakat, dan menjadi penerus estafet keilmuan para ulama. NB : Disampaikan saat KH. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha mengajar Kitab Ihya Ulumuddin di Pondok Pesantren Darul Quran Surakarta  

6 KUNCI KESUKSESAN SANTRI BELAJAR Read More »

MOU Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Surakarta dengan Pesantren Sereh Sumeleh Rutan Kelas 1 Surakarta

#Berita Yayasan Daarul Qur’an Surakarta Menindaklanjuti MOU antara Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Surakarta dengan Pesantren Sereh Sumeleh Rutan Kelas 1 Surakarta maka hari ini awal pembelajaran mempelajari al Qur’an yang diampu oleh ustadz Luthfi Akbar, S.Ag (Ustadz Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Surakarta) terhadap Binaan LP Kelas 1 Surakarta. Tampak santri warga binaan serius dan menyimak dengan sungguh-sungguh. ___________________ Dibuka Penerimaan Santri Baru (PSB) Jenjang SMP dan SMA Sains TA. 2025/2026 ‪‪‪+62 823-1307-4044‬‬‬ (Usth. Silmi) Gelombang II (Bulan April – kuota terpenuhi) Daftarkan Segera, Kesempatan Terbatas !! _______________________________ Pesantrennya Penghafal Al-Qur’an Berprestasi Mengasuh dengan Hati, Mendidik dengan Keteladanan Jgn lupa follow, like & share MEDSOS DQS Website : ‪‪www.pesantrentahfizhdqs.id‬‬ Instagram : dqsofficial Tiktok : dqs.official FB : DaarulQur’an Surakarta #banggaDQS #daarulquran #surakarta #daqu #santri #santriwati #santridaarulquran #santrikeren #karanganyar #colomadu #pesantren

MOU Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Surakarta dengan Pesantren Sereh Sumeleh Rutan Kelas 1 Surakarta Read More »

Tiga Santri SMA Sains Daarul Qur’an Karanganyar diterima di PTN jalur SNBT

#Berita SMA Sains Daarul Qur’an Karanganyar di bawah Yayasan Daarul Qur’an Surakarta Alhamdulillah MasyaAllah Tabarokallah Selamat dan Sukses atas Tiga Santri SMA Sains yang diterima di PTN jalur SNBT 1. Rahel Lia Anas Tasa politeknik negeri Jember cabang Ngawi… D4 Manajemen Agribisnis 2. Rizqi Zulfan Khamid Universitas Tidar Magelang, program studi Manajemen 3. Devista Intan Aulia Politeknik negeri jember Program studi manajemen pemasaran internasional (sarjana terapan) Semoga sukses terus dilangkah berikutnya 🤲🏻 ___________________ Dibuka Penerimaan Santri Baru (PSB) Jenjang SMP dan SMA Sains TA. 2025/2026 ‪‪‪+62 823-1307-4044‬‬‬ (Usth. Silmi) Gelombang II (Bulan April – kuota terpenuhi) Daftarkan Segera, Kesempatan Terbatas !! _______________________________ Pesantrennya Penghafal Al-Qur’an Berprestasi Mengasuh dengan Hati, Mendidik dengan Keteladanan Jgn lupa follow, like & share MEDSOS DQS Website : ‪‪www.pesantrentahfizhdqs.id‬‬ Instagram : dqsofficial Tiktok : dqs.official FB : DaarulQur’an Surakarta #banggaDQS #daarulquran #surakarta #daqu #santri #santriwati #santridaarulquran #santrikeren #karanganyar #colomadu #pesantren

Tiga Santri SMA Sains Daarul Qur’an Karanganyar diterima di PTN jalur SNBT Read More »

Santri Khatam 30 Juz

Bismillah Walhamdulillah 1 Mujahidah Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Surakarta telah menyelesaikan setoran hafalannya 30 Juz, yaitu : Safira Dina Hasnawati bin Bapak Drs. Asy’ari dan Ibu Sri Sugiarwati, S.E., M.M asal Klaten kelas X SMA Sains khatam pada Ahad, 18 Mei 2025 Semoga Allah meridhoi hafalan kami, Allah mudahkan hafalan kami, Allah lancarkan hafalan kami, Allah kuatkan hafalan kami hingga bertemu Allah SWT yang merupakan kenikmatan yang tiada bandingannya. Menyematkan mahkota bagi orang tua kami kelak di surgaNya. Aamiin yaa Robbal ‘alamin

Santri Khatam 30 Juz Read More »

SMP dan Pesantren melakukan bakti sosial

Dalam usianya yang menginjak 17 tahun Daarul Qur’an Surakarta melalui unit SMP dan Pesantren melakukan bakti sosial di Bandung Lor, Beji, Andong, Boyolali. Program ini dilaksanakan dalam rangka ucapan terimakasih kepada Wilayah basis santri aktif dan alumni yang sudah belajar di Daarul Qur’an Surakarta. Selain itu program ini sebagai wujud rasa kemanusiaan antar sesama manusia, dengan tujuan untuk mempererat tali persaudaraan, meningkatkan kepedulian, dan membantu meringankan beban masyarakat yang membutuhkan. Bakti Sosial ini ada dua macam, yaitu pemeriksaan kesehatan gratis, terdiri dari cek tensi, gula darah, kolesterol serta akupuntur. Yang kedua adalah pembagian sembako gratis kepada warga sekitar lokasi baksos. “Suksesnya kegiatan ini tidak lepas dari kerjasama dengan DPC HAKTI Wilayah Boyolali dan wali santri serta komite. Oleh karena itu kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada dermawan dan dermawati yang telah ikhlas membantu kegiatan ini,” Ujar Kepala Sekolah Bapak Nur Harihadi, S.Pd., M.Pd Selain itu bapak kepala Sekolah, dalam sambutannya menyampaikan “Kami tidak bergerak sendiri, tapi kami melibatkan semua pihak, terutama santri-santri dalam perencanaan, pengumpulan bahan pokok, serta teknis lapangan. Kami ingin memberikan pelajaran terkait lapangan kepada santri-santri, supaya lebih mandiri, bekerjasama dan inovatif.” Harapan dari masyarakat sekitar, kegiatan ini tidak hanya satu kali ini saja, akan tetapi bisa rutinan terjadwal supaya kemanfaatannya lebih bisa dirasakan.  

SMP dan Pesantren melakukan bakti sosial Read More »

Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Surakarta (DQS) menjadi tuan rumah Forum Silaturahmi Ulama dan Umaro se-Soloraya.

  Pada Sabtu, 10 Mei 2025, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Surakarta (DQS) berperan sebagai tuan rumah dalam Forum Silaturahmi Ulama dan Umaro se-Soloraya. Acara yang berlangsung di Masjid Ahmad Maryam dan Masjid Al Kahfi ini dihadiri oleh lebih dari 400 tokoh agama, pejabat pemerintah, dan aktivis dakwah dari seluruh wilayah Soloraya.(Gugatnews, KOMPASIANA) Peran DQS dalam Forum Silaturahmi Sebagai lembaga pendidikan Islam yang berfokus pada penghafalan Al-Qur’an dan pengembangan karakter, DQS memiliki komitmen kuat dalam membangun ukhuwah Islamiyah dan memperkuat peran ulama dalam masyarakat. Kegiatan silaturahmi ini menjadi wadah strategis untuk mempererat hubungan antar ulama dan umaro, serta membahas isu-isu keumatan dan kebangsaan. Pimpinan DQS, Al-Mukarrom KH. R. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha, S.H., M.H., M.A., yang juga menjabat sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Surakarta dan Pengurus PWNU Jawa Tengah, turut aktif dalam menyampaikan pesan-pesan penting mengenai pentingnya kolaborasi antara ulama dan umaro dalam membangun peradaban Islam yang rahmatan lil ‘alamin.(KOMPASIANA) Isi dan Tujuan Forum Forum ini bertujuan untuk: Memperkuat sinergi antara ulama, umaro, dan masyarakat dalam menghadapi tantangan zaman. Membahas strategi dakwah yang efektif dan relevan dengan kondisi sosial-politik saat ini. Meneguhkan komitmen bersama dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Mendorong peran aktif pesantren dalam pembangunan karakter bangsa. Selain itu, forum ini juga menjadi momentum penting bagi DQS untuk menunjukkan kontribusinya dalam dunia pendidikan Islam dan dakwah sosial. Dampak Positif bagi Masyarakat Kegiatan ini memberikan dampak positif, antara lain: Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran ulama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mendorong partisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan dan sosial. Memperkuat jaringan dakwah antar pesantren dan lembaga keagamaan di Soloraya. Dengan menjadi tuan rumah dalam forum silaturahmi ini, DQS tidak hanya menunjukkan kapasitasnya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai pusat peradaban Islam yang berkontribusi nyata dalam membangun masyarakat yang berakhlak mulia dan berjiwa nasionalis.(pesantrentahfizhdqs.id) Melalui kegiatan seperti ini, DQS berharap dapat terus memperkuat peran ulama dan pesantren dalam membimbing umat menuju kehidupan yang lebih baik dan penuh berkah.

Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Surakarta (DQS) menjadi tuan rumah Forum Silaturahmi Ulama dan Umaro se-Soloraya. Read More »

Pimpinan Ponpes Daarul Qur’an Surakarta KH. Mustain Nasoha Melakukan Khatamkan Kajian Fathul Mu’in di Masjid Agung Sukoharjo

Sukoharjo, 12 Mei 2025 — Suasana khidmat dan penuh kebahagiaan menyelimuti Masjid Agung Sukoharjo pada Senin malam (12/5), ratusan jamaah berkumpul dalam acara Khataman Pengajian Kitab Fathul Mu’in dengan penjelasan dari Kitab I’anatut Thalibin. Acara ini menjadi penanda berakhirnya rangkaian kajian intensif kitab fiqih klasik bermazhab Syafi’i yang telah berlangsung selama empat tahun sejak dimulai pada tahun 2021. Kitab Fathul Mu’in karya Syekh Zainuddin Al-Malibari bukanlah kitab sembarangan. Ia merupakan rujukan penting dalam kajian fiqih Syafi’iyyah dan telah menjadi bagian dari kurikulum berbagai pesantren dan kajian ilmiah di Nusantara. Kajian ini diasuh oleh KH. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Qur’an Surakarta. Ketekunannya dalam menelaah dan mengajarkan kitab kuning menjadikan beliau salah satu rujukan penting dalam diskursus fiqih dan hukum Islam di wilayah Jawa Tengah. Sebelum menutup kajian Fathul Muin ini, KH. Mustain Nasoha menyampaikan bahwa dirinya pernah mengaji Kitab Fathul Mu’in secara langsung di dua pesantren besar, yaitu Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dan Pondok Pesantren Fathul Ulum Kwagean Kediri. “Saya mengajar kitab ini selalu berusaha persis sebagaimana saya mengaji langsung dari para masyayikh di dua pesantren tersebut. Namun setiap penjelasan saya lengkapi dengan contoh-contoh kejadian nyata yang terjadi di tengah masyarakat saat ini,” ujar beliau. Sebagai bentuk respons terhadap dinamika zaman, KH. Mustain Nasoha kerap menyisipkan pembahasan fiqih kontemporer saat menjelaskan matan klasik. Misalnya, ketika menjelaskan bab jual beli, beliau mengaitkannya dengan hukum transaksi kripto atau aset digital. Dalam pembahasan fiqih seputar perubahan bentuk tubuh, beliau tidak segan membahas fenomena operasi face-off atau transplantasi wajah. Begitu juga saat membahas bab nasab dan keturunan, beliau menyisipkan bahasan mengenai hukum bayi tabung dan fertilisasi in vitro (IVF) dari sudut pandang berbagai madzhab. Mustain juga tidak menutup diri terhadap keragaman pandangan ulama. Di berbagai kesempatan, penulis Kitab Ushul Fiqih Empat Madzhab yang berjudul Raudlul Badhi’ini menyampaikan pendapat dari madzhab lain untuk memperkaya perspektif jamaah. “Tujuan saya adalah agar jamaah tidak sempit dalam bermazhab, tidak fanatik buta, dan mampu memahami perbedaan sebagai kekayaan umat. Tapi saya tetap menekankan bahwa dalam konteks masyarakat Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i, pendapat Syafi’iyyah hendaknya diutamakan dalam kehidupan sehari-hari,” jelas beliau. Pendekatan ini menunjukkan bahwa KH. Mustain tidak hanya mengajarkan fiqih secara tekstual, tapi juga kontekstual—yakni menyambungkan khazanah klasik pesantren dengan realitas kekinian. Dengan demikian, kajian Fathul Mu’in bukan hanya menjadi pelajaran fiqih, melainkan juga ruang dialog antara tradisi dan tantangan zaman. Sebagai penutup dari rangkaian kajian yang telah berlangsung selama empat tahun ini, KH. Mustain Nasoha membacakan silsilah sanad keilmuan Kitab Fathul Mu’in, dari para guru beliau di Lirboyo dan Kwagean, hingga bersambung kepada pengarang kitab, yaitu al-‘Allamah al-Faqih asy-Syafi’i Syekh Zainuddin al-Malibari. Setelah pembacaan sanad tersebut, beliau mengijazahkan secara resmi sanad Fathul Mu’in kepada seluruh jamaah yang hadir, sebagai bentuk kesinambungan ilmu dan bagian dari tradisi keilmuan Ahlussunnah wal Jamaah yang luhur. Acara khataman kali ini terasa istimewa, karena dihadiri oleh berbagai kalangan—dari para ta’mir Masjid Agung, para ustaz dan guru ngaji dari berbagai kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, hingga tokoh-tokoh sepuh yang telah lama menjadi penjaga tradisi keilmuan di wilayah ini. Hadir pula dua sesepuh Masjid Agung yang dihormati, KH. Khoirul Anwar dan KH. Gufron, yang turut memberikan nuansa keberkahan dalam suasana malam itu. M. Joko Purwanto, S.E., selaku perwakilan pengurus DKM Masjid Agung Sukoharjo, menyampaikan rasa syukur atas berjalannya kajian ini secara istiqamah selama empat tahun terakhir. “Bukan perkara mudah menjaga semangat kajian rutin dalam kurun waktu yang panjang. Ini semua adalah karunia dari Allah dan buah dari keikhlasan KH. Mustain Nasoha beserta seluruh jamaah yang setia menghadiri kajianseninmalam Selasa,” ujar beliau dalam sambutannya. Sebagai informasi tambahan, “Takmir Masjid Agung Sukoharjo menyampaikan bahwa mulai Senin pekan depan, kajian rutin akan dilanjutkan dengan pengajian Kitab Kanzur Rāghibīn ( Mahalli ) karya Imam Jalaluddin al-Mahalli. Kitab ini dikenal sebagai salah satu syarah penting dalam fikih bermadzhab Syafi’i yang memiliki kedalaman pembahasan dan kekayaan referensi klasik. Diharapkan, dengan dimulainya kajian kitab ini, semangat para jamaah dalam menuntut ilmu akan semakin meningkat, dan tradisi keilmuan di Masjid Agung Sukoharjo dapat terus hidup serta berkembang secara berkesinambungan.” Pungkasnya, yang juga pengurus Baznas Kabupaten Sukoharjo ini. Sementara itu, Prof. Dr. KH. Toto Suharto, M.Ag., selaku Ketua Ta’mir Masjid Agung Sukoharjo sekaligus Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta, menyampaikan rasa terima kasih yang tulus atas kontribusi dan dedikasi KH. Mustain Nasoha dalam membersamai jamaah selama empat tahun terakhir melalui kajian rutin Kitab Fathul Mu’in. Dalam kesempatan tersebut, beliau menyampaikan bahwa kehadiran dan ketekunan KH. Mustain dalam mengajar kitab kuning tidak hanya menghidupkan tradisi intelektual Islam di lingkungan masjid, tetapi juga menjadi penyejuk spiritual yang sangat dibutuhkan oleh umat di tengah tantangan zaman yang serba cepat dan dangkal. Ia juga menyampaikan komitmennya untuk meneruskan komunikasi dengan bagian dakwah Masjid Agung, agar upaya-upaya pembinaan dan pendampingan terhadap jamaah bisa terus dilanjutkan dan diperkuat. Menurutnya, masjid harus menjadi rumah besar ilmu pengetahuan dan pembinaan akhlak umat, tempat di mana masyarakat tidak hanya menemukan ketenangan ibadah, tetapi juga mendapatkan asupan ilmu yang mendalam, moderat, dan kontekstual. Acara ditutup dengan makan bersama yang disediakan oleh pengurus masjid.

Pimpinan Ponpes Daarul Qur’an Surakarta KH. Mustain Nasoha Melakukan Khatamkan Kajian Fathul Mu’in di Masjid Agung Sukoharjo Read More »

Ponpes Daarul Qur’an Surakarta Study Tour dan Ziarah ke Makam Sunan Ampel dan KH. Hasan Gipo

Surakarta, 14 April 2025 – Dalam rangka merayakan usia ke-17, Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta menggelar kegiatan Studi Tour dan ziarah ke makam dua tokoh besar Islam yang sangat berpengaruh di Nusantara, yaitu Sunan Ampel dan KH. Hasan Gipo, Ketua Umum pertama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Rombongan ziarah yang dipimpin oleh KH. Ahmad Muhammad Mustain Nasoha, Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta dan juga Pengurus Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama Jawa Tengah, terdiri dari para mudir, kepala sekolah, dewan asatidz, serta santriwan dan santriwati. Kegiatan ini berlangsung dengan suasana penuh khidmat dan kekhusyukan. Menurut Drs. H. Adib Aji Putra, Ketua Yayasan Daarul Qur’an Surakarta, kegiatan ziarah ini merupakan bentuk rasa syukur atas perjalanan pesantren yang sudah mencapai usia 17 tahun. Ia menekankan bahwa momen ini bukan hanya sekadar acara rutin, tetapi juga sebagai penguatan nilai spiritual dan perjuangan, di mana para santri diharapkan dapat mengambil hikmah dari keteladanan kedua tokoh besar yang diziarahi. Ust. Zainul Majdi, Mudir Pondok Pesantren Daarul Qur’an, menambahkan bahwa ziarah ini lebih dari sekadar kunjungan, tetapi merupakan suatu upaya untuk menyambung sanad ruhani dan perjuangan dari para ulama besar, terutama Sunan Ampel dan KH. Hasan Gipo, yang tidak hanya dikenal sebagai ulama dengan ilmu yang luas, tetapi juga sebagai pejuang bangsa yang gigih. Nur Harihadi, M.Pd., Kepala SMP Daarul Qur’an Surakarta, memandang kegiatan ini sebagai sarana yang sangat efektif dalam pendidikan karakter. Nilai-nilai seperti adab, penghormatan terhadap ulama, serta semangat kebangsaan yang diwariskan para tokoh besar ini, dapat menjadi bekal yang sangat berharga bagi santri dalam menjalani kehidupan mereka. Ust. Mahfudin, Ketua Panitia, menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung kelancaran kegiatan ini. Ia berharap ziarah seperti ini bisa menjadi agenda tahunan yang tidak hanya menjadi napak tilas spiritual, tetapi juga sebagai pengingat akan sejarah perjuangan yang harus terus diingat dan diteruskan. Ahmad Muhammad Mustain Nasoha dalam nasehatnya menegaskan bahwa menziarahi makam Sunan Ampel dan KH. Hasan Gipo bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi sebuah perjalanan batiniah yang menghubungkan diri dengan sejarah panjang perjuangan ulama. “Kita datang bukan hanya untuk melihat makam atau batu nisan, tetapi untuk menyerap semangat perjuangan dan meneladani keteladanan mereka,” ujarnya. Mengutip Imam al-Ghazālī, beliau menyampaikan bahwa orang yang telah meninggal mendapat manfaat dari doa orang yang masih hidup dan mengetahui siapa yang menziarahinya. “Ketika kita menziarahi makam para ulama besar ini, kita hadir dalam rel spiritual bersama mereka,” tambah KH. Mustain. Beliau juga mengingatkan pentingnya meneladani Walisongo, terutama Sunan Ampel, yang dakwahnya tidak hanya mengedepankan ilmu, tetapi juga mengutamakan kelembutan dan kearifan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Sementara KH. Hasan Gipo, menurut KH. Mustain, adalah seorang ulama yang tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga sangat berperan dalam membangun fondasi kebangsaan yang kuat. Mustain menutup dengan kalimat yang sangat menginspirasi: “Ziarah ini bukanlah akhir, tetapi awal dari tekad kita untuk meneruskan perjuangan para pendahulu kita, yang telah menunjukkan jalan untuk membangun Islam yang damai, berilmu, dan cinta tanah air.” Setelah melaksanakan ziarah, rombongan Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta melanjutkan perjalanan dengan kegiatan Studi Tour atau Rihlah Ilmiah ke Malang. Dalam perjalanan ini, mereka mengunjungi beberapa destinasi edukatif yang memperkaya wawasan dan pengalaman para santri. Salah satu tujuan utama adalah Jatim Park 1, sebuah taman wisata edukasi yang tidak hanya menawarkan kesenangan, tetapi juga pengetahuan tentang ilmu pengetahuan alam, teknologi, serta berbagai budaya yang menarik. Para santri diajak untuk mempelajari berbagai konsep sains dan teknologi dalam suasana yang menyenangkan dan interaktif. Selain itu, rombongan juga mengunjungi Museum Angkot, sebuah museum unik yang menampilkan koleksi kendaraan klasik dan antik, terutama angkutan umum tradisional yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi. Museum ini memberikan pelajaran tentang perkembangan transportasi di Indonesia, serta memperkenalkan berbagai kendaraan yang pernah menjadi bagian penting dalam sejarah masyarakat Nusantara. Di tempat ini, santri tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang transportasi, tetapi juga tentang bagaimana sebuah benda atau teknologi bisa mencerminkan peradaban dan kemajuan suatu bangsa. Kegiatan Rihlah Ilmiah ini semakin lengkap dengan kegiatan petik apel di salah satu kebun apel di Malang. Kegiatan petik apel ini tidak hanya sebagai pengalaman menyenangkan, tetapi juga mengajarkan pentingnya ketekunan dan kesabaran dalam bercocok tanam. Para santri diajak untuk merasakan langsung bagaimana proses pertanian berjalan, serta bagaimana hasil yang baik dapat diperoleh dengan kerja keras dan perawatan yang tepat. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi momen yang menyenangkan bagi seluruh anggota rombongan, mempererat hubungan antar sesama santri, asatidz, dan seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta. Kegiatan Studi Tour ini, selain menambah kekayaan pengalaman santri, juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk memperkuat semangat belajar. Dengan mengunjungi berbagai tempat yang menawarkan wawasan dan pengetahuan baru, santri diharapkan dapat semakin terbuka dengan dunia luar, serta memiliki perspektif yang lebih luas mengenai berbagai bidang kehidupan. Selain itu, kegiatan ini juga mempererat hubungan antara anggota keluarga besar Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta, membangun kebersamaan, dan saling mendukung dalam proses pendidikan dan pengembangan diri. Peringatan milad ke-17 Pondok Pesantren Daarul Qur’an Surakarta ini menjadi momentum penting untuk terus merefleksikan perjalanan dakwah pesantren dan semakin meneguhkan komitmen untuk mendidik generasi Qur’ani yang berlandaskan ilmu, damai, dan cinta tanah air.

Ponpes Daarul Qur’an Surakarta Study Tour dan Ziarah ke Makam Sunan Ampel dan KH. Hasan Gipo Read More »

KH. Mustain Nasoha, Pimpinan Darul Qur’an Surakarta, Luncurkan 17 Karya Buku dan Kitab Keislaman

Pada Senin, 27 Januari 2025, di Hotel Dana, Kota Surakarta, KH Ahmad Muhammad Mustain Nasoha, seorang ulama dan pemikir keislaman terkemuka, meluncurkan 17 kitab dan buku yang mencakup berbagai bidang ilmu agama. Buku-buku ini menyentuh beragam aspek penting dalam kajian Islam, seperti ushul fiqh, tafsir, aqidah, nahwu, serta isu-isu kontemporer yang relevan dengan tantangan zaman saat ini. Peluncuran karya-karya ini menandai pencapaian besar dalam perjalanan intelektual KH Mustain Nasoha, yang selama ini dikenal sebagai Pimpinan Dewan Asatidz di Pesantren Tahfidz Darul Qur’an. Setiap karya yang diluncurkan tersebut merupakan hasil dari proses panjang penulisan yang dilakukan dengan penuh dedikasi dan kecintaan terhadap ilmu. KH Mustain Nasoha menyampaikan bahwa tujuan utama dari karya-karyanya ini adalah untuk memperkaya khasanah keilmuan Islam serta memberikan manfaat yang luas bagi umat Islam, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Dalam kesempatan tersebut, beliau menjelaskan bahwa penulisan kitab-kitab tersebut dilakukan dengan penuh istiqamah, meski dengan jadwal yang padat sebagai pengajar dan penceramah. Setiap malam, beliau menyisihkan waktu dari pukul 01.00 hingga 03.00 dini hari untuk menulis, setelah sebelumnya mengajar para santri dan mengisi berbagai pengajian di masyarakat sepanjang tahun 2024. Salah satu karya yang paling menonjol dalam peluncuran kali ini adalah kitab Rawd al-Badi’ fi Ikhtilafat al-Usul bayna al-Madhahib al-Arba’ah, yang setebal 115 halaman. Kitab ini hadir sebagai kontribusi signifikan dalam perbandingan ushul fiqh di antara empat mazhab besar Islam, dengan pendekatan yang aplikatif dan mudah dipahami oleh kalangan pesantren maupun masyarakat luas. Dalam proses penulisan kitab ini, KH Mustain Nasoha mengumpulkan berbagai referensi berharga dari perpustakaan Masjidil Haram, menjadikan karya ini bukan hanya hasil kajian mendalam, tetapi juga memiliki otoritas yang kuat dalam tradisi ilmiah Islam. Selain itu, Tuhfah al-Raghb fi Sharh al-Taqrib (518 halaman), sebuah ulasan terhadap Kitab Taqrib, teks fiqh klasik, memberikan pemahaman yang lebih mudah mengenai berbagai aspek ibadah dan hukum kehidupan sehari-hari. KH Mustain juga menulis Mishkat al-Fakhriyah fi Anwar Hayat al-Shaykh Fakhr al-Razi (143 halaman), yang bukan hanya memuat biografi guru beliau, KH Fahrurrozi Mikhdhol, tetapi juga mengungkapkan ajaran-ajaran utama yang diwariskan kepada murid-muridnya. Dalam bidang nahwu, Kashf al-Masalik fi I’rab Alfiyyah Ibn Malik (717 halaman) menjadi syarah mendalam terhadap karya Alfiyyah Ibn Malik, sementara Durrah al-Najiyah Sharh al-Ajurumiyyah (160 halaman) menyederhanakan penjelasan dasar-dasar nahwu untuk pembaca yang lebih luas. Selain karya-karya klasik tersebut, KH Mustain juga menulis buku kontemporer seperti Nahdlatul Ulama: Sejarah, Peran, dan Pengaruh di Indonesia (150 halaman), yang mengulas kontribusi besar NU dalam sejarah Indonesia, serta Pancasila: Pilar Ideologi dalam Struktur Hukum dan Konstitusi Indonesia (220 halaman), yang membahas pengaruh Pancasila dalam membentuk sistem hukum dan tata negara di Indonesia. Karya-karya lainnya, seperti Dasar-Dasar Hukum Tata Negara (114 halaman), Hukuman Mati: Telaah Kritis Perbandingan Hukum (112 halaman), dan Teknologi Biogas di Indonesia: Pemanfaatan, Tantangan, dan Tinjauan Hukum Islam (100 halaman), menunjukkan perhatian KH Mustain terhadap isu-isu terkini dengan pendekatan hukum Islam. Dalam sambutannya, Ketua MUI Surakarta, KH Abdul Aziz Ahmad, memberikan apresiasi tinggi kepada KH Mustain, menyebutnya sebagai ulama yang memiliki wawasan mendalam dan keberanian untuk menuliskan gagasan-gagasannya melalui karya-karya ilmiah. Beliau berharap, karya-karya ini tidak hanya menjadi referensi ilmiah, tetapi juga warisan berharga bagi generasi mendatang. Ketua PAKKIS Kementerian Agama Surakarta, KH Encep Muhammad Ilham, juga menyampaikan penghargaan atas kontribusi KH Mustain dalam memperkaya khazanah keislaman, baik di pesantren maupun di lembaga pendidikan umum. Karya-karya ini diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran yang mendalam bagi umat dan memperkuat pemahaman agama yang moderat serta berbasis ilmu. Acara peluncuran ini tidak hanya dihadiri oleh para ulama dan akademisi, tetapi juga oleh pengasuh pondok pesantren, lembaga pendidikan, serta organisasi kemasyarakatan Islam se-Soloraya, yang menunjukkan betapa pentingnya kontribusi KH Mustain Nasoha dalam perkembangan keilmuan Islam di Indonesia. Melalui karya-karyanya yang telah diluncurkan, KH Mustain Nasoha tidak hanya memperkaya ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan sumbangsih besar bagi pengembangan pemahaman keislaman yang lebih luas dan menyeluruh. Karya-karya ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para penuntut ilmu, baik di pesantren maupun di masyarakat, dalam memperdalam ajaran agama Islam yang moderat, inklusif, dan penuh rahmat. Dengan semangat untuk terus menulis dan berkarya, KH Mustain Nasoha mengajak umat Islam untuk terus menimba ilmu dan memperkuat keimanan dalam menghadapi tantangan zaman.

KH. Mustain Nasoha, Pimpinan Darul Qur’an Surakarta, Luncurkan 17 Karya Buku dan Kitab Keislaman Read More »