Surakarta, 29 Agustus 2025 — Pondok Pesantren Darul Qur’an Surakarta mencatat sejarah baru pada Jumat (29/8). KH. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha, pengasuh pesantren tersebut, menyampaikan khutbah Jumat sepenuhnya dalam bahasa Belanda dengan tema “Optimisme in de Islam: Sleutel tot Kracht en Vooruitgang” (Optimisme dalam Islam: Kunci Kekuatan dan Kemajuan). Setelah Kyai membaca rukun Khutbah dalam Bahasa Arab, kemudian Kyai Mustain Nasoha membaca isi khutbah atau nasehat dalam Bahasa Belanda.
Dalam khutbahnya, KH. Mustain mengajak jamaah untuk merenungi pentingnya sikap optimis dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Ia membuka dengan pernyataan tegas:
“De geschiedenis van de islam laat ons zien dat succes altijd begint met optimisme en sterk vertrouwen. Vanaf het begin groeide de islam door hoop en vastberadenheid, niet door wanhoop of angst.” (Sejarah Islam menunjukkan kepada kita bahwa keberhasilan selalu dimulai dengan optimisme dan keyakinan yang kuat. Sejak awal, Islam tumbuh melalui harapan dan keteguhan, bukan dengan keputusasaan atau ketakutan).
- Mustain kemudian mencontohkan bagaimana Rasulullah SAW menanamkan optimisme kepada para sahabat dalam Perang Badar:
“Kijk maar naar de Slag bij Badr. Toen stonden ongeveer 300 moslims tegenover duizenden vijanden uit Mekka… Maar de Profeet (vrede zij met hem) gaf de moslims moed en liet hen geloven in de hulp van Allah. Dat gevoel van optimisme werd de sleutel tot hun overwinning.”
(Lihatlah Perang Badar. Saat itu sekitar 300 muslim berhadapan dengan ribuan musuh Quraisy. Namun Nabi SAW memberi semangat kepada para sahabat untuk yakin pada pertolongan Allah. Rasa optimisme itulah yang menjadi kunci kemenangan mereka).
- Mustain juga menyinggung keteladanan para nabi dalam menumbuhkan harapan. Ia menukil doa Nabi Yunus yang ditelan ikan besar, doa Nabi Zakaria yang optimis memohon keturunan di usia lanjut, serta keteguhan Nabi Ibrahim dan Nabi Nuh.
“Dit alles laat zien: optimisme is een licht dat altijd in het hart van de gelovige moet blijven.”
(Semua ini menunjukkan bahwa optimisme adalah cahaya yang selalu harus hidup di dalam hati seorang mukmin).
Mengutip hadis qudsi dari riwayat Bukhari dan Muslim, KH. Mustain menegaskan pentingnya husnuzhan kepada Allah:
“Allah zegt: Ik ben zoals Mijn dienaar over Mij denkt… Als hij naar Mij komt lopend, dan kom Ik naar hem rennend.” (Allah berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku… Jika ia datang kepada-Ku berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari).
- Mustain lalu menutup khutbahnya dengan penegasan bahwa seorang muslim tidak boleh berputus asa:
“Wanhoop past niet bij een gelovige. Zoals Allah zegt in soera Al-Hijr, vers 56: ‘Waarlijk, niemand verliest de hoop op de genade van zijn Heer, behalve degenen die van het rechte pad zijn afgedwaald.’” (Keputusasaan tidak pantas bagi seorang mukmin. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hijr: 56: ‘Tidak ada yang berputus asa dari rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat’).
Dengan penuh semangat, KH. Mustain mengajak jamaah untuk membawa optimisme itu ke dalam kehidupan sehari-hari: mendidik anak, bekerja mencari nafkah, hingga dalam kepemimpinan. “Optimisme geeft kracht om vooruit te gaan — optimisme memberikan kekuatan untuk melangkah maju,” pungkasnya.
Usai khutbah, KH. Mustain Nasoha menyampaikan harapan agar para santri Ponpes Darul Qur’an Surakarta dapat mengambil teladan dari pesan optimisme sekaligus termotivasi untuk menguasai bahasa asing sebagai bekal dakwah di masa depan.
“Khutbah dengan bahasa Belanda ini bukan sekadar simbol, tetapi pesan bagi santri bahwa Islam harus bisa disuarakan dengan bahasa dunia. Jangan takut untuk belajar, jangan pesimis menghadapi kesulitan. Justru dengan optimisme dan kesungguhan, kalian akan mampu membawa pesan Al-Qur’an dan Islam rahmatan lil-‘alamin ke berbagai penjuru,” ujar KH. Mustain.
Beliau menegaskan, santri Darul Qur’an Surakarta diharapkan tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga berani membuka diri pada perkembangan global. “Saya ingin santri-santri di sini bisa tampil percaya diri, menguasai ilmu, menguasai bahasa, dan tetap berpegang pada akhlak Islam. Optimisme yang saya sampaikan dalam khutbah tadi, semoga menjadi ruh perjuangan kalian,” pungkasnya.
