Daarul Qur'an Surakarta

Mustain Nasoha Pimpinan Ponpes Darul Qur’an Surakarta, Kupas Etos Kerja Islami Ala Rasulullah SAW di Ommaya Group Sukoharjo

Mustain Nasoha Pimpinan Ponpes Darul Qur’an Surakarta, Kupas Etos Kerja Islami Ala Rasulullah SAW di Ommaya Group Sukoharjo

Solo, 10 September 2025 — KH. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha, seorang ulama, akademisi, dan tokoh pendidikan terkemuka di Jawa Tengah, mengisi pengajian dengan tema Etos Kerja Islami: Etos Kerja Rasulullah SAW yang diselenggarakan oleh Ommaya Group di Bawadabasantren Darul Mustaqim, Soegoharjo.

Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh karyawan Ommaya Group beserta asatidz dan santri Pondok Pesantren Darul Mustaqim, menciptakan suasana pembelajaran yang interaktif, penuh antusiasme, dan motivasi. Kehadiran KH. Mustain diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi peserta untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW dalam kehidupan profesional maupun pendidikan.

Dalam pengajian tersebut, KH. Mustain memaparkan sembilan prinsip utama etos kerja Rasulullah SAW, yang menjadi landasan moral dan profesional bagi setiap individu dalam mencapai keberhasilan dunia dan akhirat. Penjabaran prinsip-prinsip tersebut bersumber dari Al-Qur’an, Hadis, dan kitab-kitab ulama klasik, antara lain:

  1. Kejujuran (al-ṣidq) menjadi fondasi utama etos kerja. Rasulullah SAW menegakkan kebenaran dalam setiap keputusan, tindakan, dan tutur kata. KH. Mustain menekankan bahwa kejujuran bukan sekadar dalam laporan atau interaksi profesional, tetapi juga dalam niat dan sikap hati. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi: “Sesungguhnya kejujuran menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan menuntun ke surga” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam Al-Adab al-Mufrad karya Imam Bukhari (no. 112), kejujuran disebut sebagai inti akhlak yang mendatangkan keberkahan.
  2. Disiplin (al-intizām) merupakan cerminan tanggung jawab dan konsistensi. KH. Mustain menjelaskan bagaimana Rasulullah SAW membagi waktu antara ibadah, dakwah, keluarga, dan kehidupan sosial secara tertib. Dalam Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali (Jilid 2, hlm. 45–47), ditekankan pentingnya manajemen waktu sebagai sarana menjaga kualitas amal dan produktivitas.
  3. Ketaatan kepada atasan (al-ta‘ah li-l-qiyādah) merupakan bagian dari akhlak profesional. Ketaatan ini tidak bersifat membabi buta, melainkan berpijak pada prinsip keadilan, integritas, dan etika kerja. Kitab Adab al-‘Āmil wa al-Muwazzaf karya Imam Ibn Muflih (hlm. 78–80) menegaskan bahwa seorang bawahan wajib menghormati pimpinan selama tidak memerintahkan hal yang bertentangan dengan syariat.
  4. Atasan memahami bawahan menekankan prinsip kepemimpinan Islami yang mengutamakan empati, komunikasi terbuka, dan kerja sama. KH. Mustain menekankan bahwa pimpinan yang adil mendorong terciptanya lingkungan kerja harmonis. Dalam Al-Khulafa’ al-Rashidun karya Imam Ibn Sa’ad (Vol. 3, hlm. 102), dicontohkan bagaimana Umar bin Khattab selalu berdialog dengan pegawai untuk memahami kesulitan mereka.
  5. Selalu ingin orang lain sukses (al-hamas li-najah al-ghayr). Rasulullah SAW mendorong keberhasilan sahabatnya, tidak hanya untuk dirinya sendiri. KH. Mustain menjelaskan bahwa prinsip ini penting untuk membangun tim yang solid. Dalam Riyadh al-Salihin karya Imam Nawawi (hlm. 205), saling mendorong kebaikan dan keberhasilan orang lain termasuk bagian dari akhlak mulia.
  6. Niat kerja karena memuliakan keluarga (niyyat al-‘amal li-izz al-‘a’ila). KH. Mustain menegaskan bahwa setiap pekerjaan seharusnya diniatkan untuk kebaikan diri, keluarga, dan masyarakat. Dalam Al-Minhaj al-Qawim fi Usul al-Hadith karya Imam Al-Suyuti (hlm. 56), niat yang ikhlas disebut sebagai inti dari setiap amal, termasuk pekerjaan.
  7. Cinta tanah air (al-hubb li-l-watan). Rasulullah SAW mengajarkan cinta terhadap masyarakat dan komunitas. KH. Mustain menjelaskan bahwa bekerja bukan hanya untuk kepentingan diri, tetapi juga untuk kemajuan masyarakat. Dalam Al-Adab al-Mufrad karya Imam Bukhari (no. 125), kontribusi individu terhadap kepentingan umum disebut sebagai bagian dari tanggung jawab sosial.
  8. Shalat berjamaah (al-ṣalat al-jama‘ah) menjadi simbol disiplin spiritual yang mendukung karakter profesional. KH. Mustain menekankan bahwa ibadah teratur membentuk integritas, disiplin, dan kesadaran sosial. Shalat berjamaah dalam Fiqh al-Sunnah karya Imam Sayyid Sabiq (Jilid 1, hlm. 112) disebut sebagai sarana memperkuat ukhuwah dan tanggung jawab sosial.
  9. Berebut minta maaf dan tersenyum (al-samah wa al-ibtisamah). KH. Mustain menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis melalui sikap rendah hati. Rasulullah SAW selalu menebar senyum dan memaafkan kesalahan orang lain. Dalam Al-Adab al-Mufrad karya Imam Bukhari (no. 273), senyum dan keramahan disebut sebagai sedekah yang membangun suasana kerja produktif dan penuh kasih sayang.

Melalui paparan ini, KH. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha mendorong seluruh peserta, baik karyawan Om Maya Group maupun asatidz dan santri Pondok Pesantren Darul Mustaqim, untuk meneladani etos kerja Rasulullah SAW. Beliau menekankan bahwa internalisasi nilai-nilai ini tidak hanya meningkatkan kualitas profesional, tetapi juga membentuk karakter Islami yang mulia, harmonis, dan bermanfaat bagi masyarakat.

  1. Mustain adalah tokoh yang memiliki kontribusi luas di bidang pendidikan, keagamaan, dan sosial. Beliau menjabat sebagai anggota Direktur Pusat Studi Konstitusi dan Hukum Islam, dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta, pengasuh sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Darul Quran. Pengalaman beliau dalam membimbing santri dan mendampingi komunitas Islami menjadikan setiap paparan kaya dengan kajian ilmiah dan pengalaman praktis.

Acara pengajian ini juga menghadirkan sesi interaktif, di mana peserta berbagi pengalaman, mengajukan pertanyaan terkait implementasi etos kerja Islami dalam dunia profesional maupun pendidikan pesantren, serta mendiskusikan solusi menghadapi tantangan kerja. Kegiatan ini menegaskan bahwa penerapan nilai-nilai Rasulullah SAW relevan tidak hanya di lingkungan pesantren, tetapi juga dalam konteks modern dan dunia bisnis.

  1. Ahmad Muhamad Mustain Nasoha berharap seluruh peserta dapat menginternalisasi nilai-nilai ini sehingga menjadi individu yang produktif, berakhlak mulia, memiliki integritas tinggi, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *